Budaya positif adalah suatu pembiasaan yang memiliki nilai-nilai kebajikan. Di dalamnya mengandung sejumlah kegiatan yang mampu menumbuhkan karakter peserta didik ke arah yang positif. Budaya positif perlu dibangun dalam upaya mewuujudkan budaya positif di sekolah dan berperan dalam visi sekolah. Mewujudkan budaaya positif harus dilakukan sejak dini mengingat dalam prosesnya membutuhkan waktu yang lama dan konsisten dari seluruh stakeholder yang ada. Sebagai guru penggerak, tentu harus memiliki peran yang besar dalam mewujudkan disiplin positif, baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah, guru dapat menerapkan budaya positif dengan bekerja sama rekan sejawat, membangun interaksi yang humanis dengan peserta didik, menerapkan sikap disiplin dan bertanggung jawab serta menjadi teladan bagi peserta didik. Sedangkan di lingkungan kelas, salah satu langkah yang guru dapat lakukan adalah membangun budaya positif melalui keyakinan kelas. Maka budaya positif di kelas dan di sekolah, dapat dibangun melalui SISIGI (Komunikasi, Kolaborasi dan Sinergi) seluruh warga sekolah. SISIGI akronim dari Komunikasi, Kolaborasi, dan Sinergi. SISIGI memiliki dampak yang besar terhadap keberhasilan budaya positif di sekolah. Dengan SISIGI, budaya positif di sekolah dapat ditingkatkan melalui pendekatan yang humanis. Dalam menerapkan strategi ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membangun Komunikasi yang baik. Komunikasi berarti proses transfer informasi dan proses sosial, Menurut KBBI (2005), Komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Langkah kedua yaitu kolaborasi, kolaborasi berarti bentuk kerja sama atau interaksi sosial. Menurut Abdulsyani (1994:156) Kolaborasi adalah proses interaksi sosial yang di dalamnya terdapat aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Langkah ketiga adalah sinergi, sinergi berarti kegiatan gabungan atau bekerja bersama-sama. Menurut Rustiono (2015) Sinergi adalah suatu bentuk dari sebuah proses atau interaksi yang menghasilkan suatu keseimbangan yang harmonis sehingga menghasilkan hasil yang maksimal.
Dengan Menerapkan Komunikasi, Kolaborasi dan Sinergi yang baik, maka budaya positif di sekolah akan tercapai dengan baik sebagai wujud iklim positif di
sekolah. Salah satu materi yang dipelajari Program Pendidikan Guru Penggerak adalah modul 1.4 tentang Budaya Positif. Pada akhir pembelajaran modul 1.4, CGP ditugaskan untuk melakukan desiminasi tentang budaya positif yang telah dipelajari.
Dalam rangka memenuhi tugas tersebut, saya melakukan aksi nyata dengan melakukan desiminasi atau pengimbasan materi budaya positif kepada rekan-rekan sejawat melalui webinar series yang diadakan oleh Komunitas Juara SMAN 1 Serang Baru. Kegiatan desiminasi budaya positif ini saya gunakan Google Meet. Melalui daring saya berbagi pengetahuan dan pemahaman saya terhadap materi budaya positif yang telah saya pelajari pada program Pendidikan Guru Penggerak. Selain itu, kegiatan ini saya juga manfaatkan sebagai wadah untuk berkolaborasi mewujudkan budaya positif di sekolah terutama SISIGI yang telah lama diterapkan di sekolah SMAN 1 Serang Baru.
Pada sesi desiminasi ini, beberapa konsep telah kami pelajari guna mewujudkan budaya positif, konsep-konsep tersebut di antaranya:
1. Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal
2. Motivasi Perilaku Manusia
3. Lima Kebutuhan Dasar Manusia
4. Posisi Kontrol Guru
5. Keyakinan Kelas
6. Segitiga Restitusi
Disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal, Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Disiplin dapat diartikan sebagai cara mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan. Tujuan kita mendidik anak adalah agar anak mampu memahami tingkah lakunya sendiri, berinisiatif, dan bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan, menghormati dirinya sendiri dan juga orang lain, atau dengan kata lain menanamkan proses pemikiran dan perilaku positif yang akan menjadi kepribadian anak kelak.
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
Nilai kebajikan, nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Nilai-nilai ini merupakan 'payung besar’ dari sikap dan perilaku kita, atau nilai-nilai ini merupakan fondasi kita berperilaku. Contoh nilai kebajikan universal adalah Profil Pelajar Pancasila. Nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila di antaranya Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Berkhebhinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Kreatif, dan Bernalar Kritis.
Motivasi Perilaku Manusia, terdapat tiga motivasi perilaku manusia di antaranya yaitu pertama untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, Motivasi ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang akan bertindak untuk menghindari masalah yang akan timbul. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya?.
Kedua, untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Pada tingkat motivasi ini orang akan berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya?
Ketiga, untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya?
Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Kebutuhan Dasar Manusia, Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita, yaitu (1) kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), (2) kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), (3) kebebasan (freedom), (4) kesenangan (fun), dan (5) penguasaan (power).
Posisi Kontrol Guru, terdapat 5 posisi kontrol guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, kelima posisi tersebut di antaranya:
1. Penghukum: Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun
verbal.
2. Pembuat Rasa Bersalah: Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri.
3. Teman : Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi.
4. Pemantau : Memantau berarti mengawasi.
5. Manajer : Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
Keyakinan Kelas, Keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, dari pada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu yang membuat ketidaknyamanan dan keterpaksaan.
Cara menyusun keyakinan kelas:
1. Menggali peraturan-peraturan yang perlu disepakati di kelas
2. Mengubah peraturan-peraturan yang sudah dibuat dengan kalimat positif
3. Menyarikan peraturan-peraturan yang sudah dibuat menjadi nilai kebajikan/keyakinan
4. Kegiatan pendalaman keyakinan kelas - tampak seperti/tidak seperti (menggali perilaku yang mencerminkan keyakinan kelas juga yangg tidak mencerminkan keyakinan kelas)
5. Kegiatan keyakinan kelas - tugas saya dan tugas kamu (untuk memperdalam tugas warga kelas guru dan murid)
Segitiga Restitusi, Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga diartikan sebagai proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Tujuan restitusi adalah membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Diharapkan murid menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.
Langkah-Langkah Segitiga Restitusi
Langkah pertama pada bagian dasar segitiga adalah menstabilkan identitas.
Jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi.
Bagian dasar segitiga restitusi memiliki tujuan untuk mengubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses.
Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah. Konsep langkah kedua adalah kita harus memahami kebutuhan dasar yang mendasari tindakan anak berbuat kesalahan.
Langkah ketiga yaitu menanyakan keyakinan. Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Penting menanyakan ke anak tentang kehidupan kedepan yang dia inginkan. Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya, guru dapat membantu mereka untuk tetap fokus pada gambarannya.